Melawan Lupa…!
"De omnibus debutandum…"
Sejarah adalah segala upaya yang dimaknakan manusia dalam mempertahankan habitatnya sebagai makhluk yang dikarunia akal. Sejarah adalah detik per detik kehidupan yang dimaknai. Tapi rupanya kehidupan terlalu absurd untuk didefinisikan sampai kehidupan itu sendiri mendefiniskan dirinya dalam manifestasi kematian. Kematianlah yang pasti. De omnibus debutandum…kematianpun akan jadi pertanyaan berikutnya yang tak kan mudah pula untuk bisa didefinisikan.
Dalam ensiklopedia sejarah manusia manapun, peradaban manusia; purba (pra sejarah) atau yang paling necropolis (baca: modern) sekalipun akan menjadi sebuah hal yang bisa dimaknai ketika ia bisa ditafsirkan secara monumental, secara fisik dan bukan metafisik. Tapi ternyata sejarah memang bukan hanya sebatas dimensi belaka. Ia adalah pemaknaan yang tidak termasuk dalam ranah definisi manapun ketika ternyata sejarah bisa dimiliki pula oleh sebjektifitas definisi manusia seperti: nostalgia, romansa, kenangan, lamunan, do’a dan apapun yang semuanya adalah berdimensi metafisis. Sejarah adalah milik manusia manapun yang mengerti pentingnya peradaban dengan cara apapun kita memaknainya.
Kita adalah manusia beradab yang akan memaknai apapun sebagai sebuah kesadaran bahwa Melawan Lupa…! adalah cara terbaik untuk menjadikan diri kita lebih beradab dan lebih bisa belajar untuk peradaban yang lebih baik. 11 orang meninggal dan beberapa luka-luka, 3 orang ditahan dan dinyatakan sebagai tersangka, 8 orang polisi dinon-aktifkan dan beberapa lagi adalah ketidakpastian. Kita sadar akan keterbatasan memori kita sebagai manusia untuk berubah, untuk tidak diam, untuk tidak lupa dan tak melupakan. Bukankah man totet den geist nicht… manusia tidak akan bisa membunuh jiwa (hasrat). Kematian hanyalah suatu media untuk melahirkan kehidupan yang baru sebagai sebuah dialektika alam.
Kita tak kan lupa dalam suatu malam ketika saudara-saudara kita melepas napas, kami akan menyatakan bahwa nafas mereka akan menjadi nafas kehidupan kita.
Melawan Lupa…! Akan menjadi momen pembuktian kita bahwasanya kita sedang belajar untuk mengenali diri kita sendiri dengan baik. Melawan Lupa…! adalah melawan hegemoni dan sindrom (gejala) dehumanisasi. Melawan Lupa…! adalah cara untuk memanusiakan manusia. Melawan Lupa …! adalah deposuit potentes de sede et-exaltafat humiles : menciptakan surga di muka bumi.
Sejarah selalu dibangun dengan darah, kalian membangunnya dengan Cinta.
Teruntuk : Novi Febriani, Diki Jaelani Sidik, Agung Fauzi, M. Yusuf Ferdian, Ahmad Wahyu, Ahmad Furqon Ramdhani, Novan, Yudi Kurniadi, Kristianto, Dodi dan Entis. YOU ALL WILL BE IN OUR HEARTS, FOREVER !!!
0 komentar:
Posting Komentar